Kamis, 18 Juli 2019

Estetiga Suguhkan “Secangkir Rindu Untuk Kotaku”




“Lama aku tak pulang, ke kota 1000 kenangan. Rindu tak pernah hilang. Ingin selalu datang, kembali, kesini,” 


Begitulah sepenggal lirik lagu berjudul “Secangkir Rindu untuk Kotaku” karya kolaboratif lima anak Bondowoso yang tengah merantau dan menempuh pendidikan di luar kota.
Keseluruhan lagu sungguh benar berisi kerinduan pemuda pemudi asli kelahiran Bondowoso itu akan kota yang menjadi saksi tumbuh kembang mereka. 

Mereka adalah, Lutvan sebagai  pengarang lagu dan musik, Ghuntur dan Debora sebagai vocalist, dan Sutradara Video Klip yakni Izra Tamaris, terakhir didapuk sebagai produser yakni Tiara. Kelimanya menamai diri sebagai Estetiga, yang merupakan plesetan dari kata estetika. Dan makna tiga sendiri diambil dari tiga orang inti dalam pembuatan lagu dan musiknya. 

Senin malam, 15 Juli 2019, Estetiga melaunching dan menscreening video klip lagu tersebut kepada khalayak di Cafe DRK.  
Izra Tamaris menceritakan bahwa lagu bergenre pop akustik itu dibuat karena pihaknya ingin mentransfer kepada publik tentang  apa yang tengah dirasakan mereka. Yakni sebagai perantau yang lama tidak pulang ke Bondowoso.

Setidaknya kerinduan tersebut pun bisa tergambar jelas di dalam lirik lagu yang memang banyak sekali kata-kata diambil dari icon Bondowoso. Yang ketika orang mendengarnya, langsung ingat kota yang dikenal sebagai penghasil kopi itu. Kata-kata dimaksud seperti, Jalan Diponegoro, Kotakulon – Bondowoso, biji kopi pilihan dari hamparan Puncak Ijen, sebatang gagak hitam, dan lainnya. 

“ Karena kita gerak di musik indie disitu juga tercantum tentang rokok gagak hitam (ini non komersil). Kita suarain apa adanya aja. Tanpa Batasan-batasan, tidak seperti musik industry,” jelas mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu. 

Proses pembuatan lagu dan video klip, menurut Izra, hanya memakan waktu kurang lebih satu bulan. Tak ada sepeser pun budget sponsor yang masuk. Semua dibuatnya dengan peralatan seadanya. Bahkan proses rekaman pun dilakukan di rumah salah seorang anggota. 

Karena memang sejak awal, pembuatan lagu ini hanyalah iseng yang ternyata berbuah keseriusan dalam tahapannya. Jika dibilang akan berujung pada komersial, Izra menyebut bahwa semuanya tak ada niatan ke arah tersebut. Dia dan keempat temannya hanya ingin berkarya terus untuk Bondowoso tanpa perlu diminta oleh pemerintah. Apalagi yang disuarakan dalam lagu adalah kegelisahan dan perasaan yang ingin tersampaikan kepada publik tentang kota kecil ini. 

“Harapan komersil masih belum terpikirkan tapi ya itu nanti lah ya kita mau fokus garap beberapa lagu ke depan dan bikin album, insyaAllah,” ungkapnya. 

Adapun, video klip lagu tersebut berdurasi sekitar 4 menit 59 detik. Semua spot pengambilan gambar dilakukan di Bondowoso. Seperti di rumah anggota Estetiga yakni di  Jalan Mawar, Gerbong Maut, Kebun Kopi Kluncing, Museum Kereta Api.

“Random sih lokasi shootingnya, lebih mengambil landscape kota, Alun-alun gerbong maut, stasiun dan rumah. Karena kan memang menggambarkan kerinduan ke Bondowoso,” pungkasnya.



Note : Tulisan ini telah tayang di Memoindonesia.com dan Koran Harian Memo Timur untuk edisi Rabu 17 April 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar