“Lama aku tak pulang,
ke kota 1000 kenangan. Rindu tak pernah hilang. Ingin selalu datang, kembali,
kesini,”
Begitulah sepenggal lirik
lagu berjudul “Secangkir Rindu untuk Kotaku” karya kolaboratif lima anak
Bondowoso yang tengah merantau dan menempuh pendidikan di luar kota.
Keseluruhan lagu sungguh
benar berisi kerinduan pemuda pemudi asli kelahiran Bondowoso itu akan kota
yang menjadi saksi tumbuh kembang mereka.
Mereka adalah, Lutvan
sebagai pengarang lagu dan musik,
Ghuntur dan Debora sebagai vocalist, dan Sutradara Video Klip yakni Izra
Tamaris, terakhir didapuk sebagai produser yakni Tiara. Kelimanya menamai diri
sebagai Estetiga, yang merupakan plesetan dari kata estetika. Dan makna tiga
sendiri diambil dari tiga orang inti dalam pembuatan lagu dan musiknya.
Senin malam, 15 Juli 2019,
Estetiga melaunching dan menscreening video klip lagu tersebut kepada khalayak
di Cafe DRK.
Izra Tamaris menceritakan
bahwa lagu bergenre pop akustik itu dibuat karena pihaknya ingin mentransfer
kepada publik tentang apa yang tengah
dirasakan mereka. Yakni sebagai perantau yang lama tidak pulang ke Bondowoso.
Setidaknya kerinduan
tersebut pun bisa tergambar jelas di dalam lirik lagu yang memang banyak sekali
kata-kata diambil dari icon Bondowoso. Yang ketika orang mendengarnya, langsung
ingat kota yang dikenal sebagai penghasil kopi itu. Kata-kata dimaksud seperti,
Jalan Diponegoro, Kotakulon – Bondowoso, biji kopi pilihan dari hamparan Puncak
Ijen, sebatang gagak hitam, dan lainnya.
“ Karena kita gerak di
musik indie disitu juga tercantum tentang rokok gagak hitam (ini non komersil).
Kita suarain apa adanya aja. Tanpa Batasan-batasan, tidak seperti musik
industry,” jelas mahasiswa Institut Seni
Indonesia Yogyakarta itu.
Proses pembuatan lagu dan video klip, menurut Izra, hanya
memakan waktu kurang lebih satu bulan. Tak ada sepeser pun budget sponsor yang
masuk. Semua dibuatnya dengan peralatan seadanya. Bahkan proses rekaman pun
dilakukan di rumah salah seorang anggota.
Karena memang sejak awal, pembuatan lagu ini hanyalah
iseng yang ternyata berbuah keseriusan dalam tahapannya. Jika dibilang akan
berujung pada komersial, Izra menyebut bahwa semuanya tak ada niatan ke arah
tersebut. Dia dan keempat temannya hanya ingin berkarya terus untuk Bondowoso tanpa perlu diminta oleh
pemerintah. Apalagi yang disuarakan dalam lagu adalah kegelisahan dan perasaan
yang ingin tersampaikan kepada publik tentang kota kecil ini.
“Harapan komersil masih
belum terpikirkan tapi ya itu nanti lah ya kita mau fokus garap beberapa lagu
ke depan dan bikin album, insyaAllah,” ungkapnya.
Adapun, video klip lagu
tersebut berdurasi sekitar 4 menit 59 detik. Semua spot pengambilan gambar
dilakukan di Bondowoso. Seperti di rumah anggota Estetiga yakni di Jalan Mawar, Gerbong Maut, Kebun Kopi Kluncing,
Museum Kereta Api.
“Random sih lokasi
shootingnya, lebih mengambil landscape kota, Alun-alun gerbong maut, stasiun
dan rumah. Karena kan memang menggambarkan kerinduan ke Bondowoso,” pungkasnya.
Note : Tulisan ini telah tayang di Memoindonesia.com dan Koran Harian Memo Timur untuk edisi Rabu 17 April 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar